RSS

Empat Tahun Bersama...


          Sejarah, mungkin kata-kata itu sudah tidak asing di telinga kita apa lagi Lia. Lia adalah seorang anak smp yang sedang duduk di kelas 7 ini  yang sangat tak mengerti dengan pelajaran sejarah. Tapi mungkin kali ini ia akan berterima kasih kepada sejarah, karena dari sejarah inilah kisahnya di mulai. “Kali ini kita akan mempelajari tentang manusia purba,” kata Bu Sum sambil tersenyum. Lia pun langsung menghela nafas panjang ketika mendengar kata- kata itu. Baginya mempelajari tentang manusia purba adalah hal yang paling susah karena ia harus menghafalkan tempat di temukannya, tahun-tahun ditemukannya dan siapa penemunya selain kita harus menghafalkan nama dari manusia purba itu sendiri. Bu Sum memberikan tugas kepada mereka untuk membuat mading manusia purba secara berkelompok. “Sekarang ibu bagi dulu kelompoknya,” kata Bu Sum “Yaah kok ditentuin bu kelompoknya,” kata Lia dengan nada kecewa. Bu Sum hanya tersenyum manis melihat ekspresi murid-muridnya. Memang guru sejarah yang satu ini adalah guru sejarah yang berbeda dengan yang lainnya. Bu Sum adalah guru sejarah yang paling enak dilihat bukan karena wajahnya yang cantik melainkan wajahnya yang selalu ceria dan itu ya membuat para murid-muridnya menjadi lebih semangat untuk belajar dan tidak bosan untuk pelajarannya termasuk Lia. Dan Lia pun masuk di kelompok terakhir besama Icha, Aliyah, Dio, dan juga Ardi.
            Mereka berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan memmbicarakan konsep tentang mading manusia purba yang akan mereka buat. Lia berkumpul dengan kelompoknya dan membicarakan ide-ide dari masing-masing anggota untuk madingnya. Pada saat itu ia mulai mengetahui sedikit demi sedikit sifat-sifat dari anak cowok di kelasnya, terutama yang ada pada kelompoknya. “Dio adalah sosok anak yang diam, tapi kalau kita sudah mengenal secara dekat sebenarnya anak itu punya jiwa humoris yang masih polos, Ardi teman sdku yang nggak pernah berubah sifat maupun gayanya yang cuek tapi dari sorot matanya aku melihat ada yang lain dari anak ini etah apa aku juga masih belum paham,” kata Lia dalam hati. Setelah selesai mengumpulkan dan menyaring ide-ide tersebut kami memutuskan untuk mengerjakannya setiap pulang sekolah dan kami pun bertukar nomor hand phone untuk mempermudah komunikasi. Pulang sekolah setelah sampai dirumah, Lia .mengambil hand phone nya dan mengirim pesan singkat pada teman sekelompok nya untuk mengingatkan bahan-bahan mading yang tadi sudah di bagi untuk tidak lupa membawanya besok. Hp Lia bergetar ternyata Ardi membalas pesan Lia, tapi balasannya hanya menanyakan siapa pengirim pesan itu dan Lia pun memberitahu Ardi bahwa yg mengirim adalah dirinya “ini aku Lia,” balasnya.
            Tugas mading pun selesai, kelompok Lia yang berhasil  mendapatkan A nilai tertinggi dikelasnya. “Hari sabtu yang cukup menyenangkan,” kata Lia kepada Icha dan Aliyah sahabatnya saat mereka duduk di angkot. Setelah sampai rumah Lia merebahkan diri dan memejamkan mata tapi ia dibangunkan kembali oleh getaran dari hand phonenya saat membuka ternyata ada pesan masuk, Lia pun terbelalak saat membuka isi pesan singkat itu yang ternyata dari Ardi. “Tumben-tumbenan anak ini sms kayak gini,” kata Lia sambil menatap layar hand phonenya yang masih terdapat tulisan “lagi ngapain?”. Bagaimana Lia tidak bingung, sejak kelas 6 ia memang sekelas dengan Ardi tapi baru kali ini dirinya dikirimi pesan singkat oleh Ardi. Mugkin dulu yang awalnya hanya menanyakan “besok ada pr apa?” lama-lama pesan itu berubah degan kata-kata “lagi ngapain?” walaupun seperti itu, Lia tidak pernah berpikir aneh-aneh tentang sms-sms dari Ardi yang mungkin menurut anak cewek yang lain kalu ada anak cowok yang sms seperti itu tandanya cowok itu perhatian sama si cewek. Tapi Lia berbeda, Lia hanya menanggapi perhatian Ardi sebagai perhatian ari seorang teman. Sahabat Lia pun tak ada yang mengetahui bahwa dirinya dan Ardi selalu bertukar pesan saat ada waktu senggang. Dan pertukaran pesan-pesan itu berlanjut hingga kenaikan kelas.
            “Kamu masuk kelas apa?” sms Ardi yang sedang di baca Lia, “kelas 8f, kamu?” balas Lia. Hp Lia bergetar lagi dan ia membuka pesan yang masuk “sama aku juga masuk di 8f” tanpa sadar di bibirnya terdapat sebuah senyuman yang entah apa arti senyuman itu. Di kelas 8 pun Ardi dan Lia masih bertukar pesan. Sampai suatu saat Dika teman Ardi mengetahui bahwa dirinya sedang berikirim pesan dengan Lia. Dan sejak saat itu kata-kata “cie Lia sama Ardi” terdengar di dalam kelas. “Kamu kok nggak pernah cerita se Li kalau kamu sms an sama Ardi?” kata Icha tiba-tiba.  “Apa se, aku lo nggak ada apa-apa sama anak itu” balas Lia. “Boleh nggak sih kita liat sms mu sama anak itu?” goda Aliyah. Dengan kepasrahan Lia pun menunjukan sms-sms dari Ardi kepada dua sahabatnya itu. “Ini se nggak biasa Li,” kata Icha. “Iya ini nggak biasa,  kayaknya dianya suka kamu deh Li,” tambah Aliyah. Kata-kata Aliyah barusan membuat Lia tercengang, dan dalam pikirannya terukir sebuah pertanyaan “apa iya Ardi suka sama aku?”.
            Semakin lama Lia pun menyadari ada yang aneh dalam dirinya, entah rasa apa itu diapun tak mengerti. Sampai suatu saat dia tidak bisa memendam hal itu, dan akhirnya ia bercerita pada kedua sahabatnya. “Kalau dari ceritamu tadi, kamu itu suka Li sama Ardi,” kata Icha. “Iya Li setuju aku sama Icha,” tambah Aliyah. Pertanyaan di otak Lia bertambah “Apa iya aku suka sama Ardi?” dan pertanyaan tersebut terjawab dengan berjalannya waktu “Iya, aku memang suka sama Ardi,”  terucap dalam hatiya sambil tersenyum. Kedua sahabat Lia mengetahui hal itu dan mereka selalu menggoda Lia dengan Ardi. Comblangan-comblangan itu tidak membuat Ardi dan Lia berhenti untuk  bertukar pesan, malah mereka jadi lebih sering atau bisa dibilang lebih deket dari yang sebelumnya. Terkadang terlintas di pikiran Lia “Apa Ardi suka aku? apa dia ngerti kalau aku suka dia? Apa kamu terlalu cuek ya sampek kamu nggak sadar kalau aku suka kamu” selalu itu yang terlintas di pikiran Lia. Pertanyaan-pertanyaan itu masih ada di pikiran Lia sampai ia naik ke kelas sembilan.
            Kelas sembilan! “aku sekelas lagii?” kata Lia sambil menatap layar hand phonenya yang berisi kata-kata “sama aku juga 9f,” ya itu sms dari Ardi. Dan sejak saat itu Lia berpikir “gimana kalau aku nggak sms anak itu? Selama ini kan yg sms duluan kadang dia kadang aku. kalau aku nggak sms dia apa dia masih sms aku?” kata Lia dalam hati. Dan akhhirnya selama kelas sembilan Lia berusaha untuk tidak mengirim pesan terlebih dahulu tapi nyatanya Ardi pun masih tetap mengirim pesan pada Lia, ya walaupun pesan-pesan itu berubah menjadi setiap sabtu dan minggu. “Mungkin Ardi juga butuh fokus belajar kan sekarang juga udah kelas Sembilan,” kata Lia dalam hati. Sampai suatu hari Lia sakit, di dalam kelas terlihat lemas ia meletakkan kepalanya di meja dengan berbantalkan tangan. Ia menyadari ada sepasang mata di sana yang mengamat dirinya tapi entah siapa itu dia pun tak tahu dan dia tak ingin mencari tahu. Sepulang sekolah hp nya bergetar ada pesan masuk, ketika ia buka ternyata pesan dari Ardi “Kamu tadi kenapa?” tanya Ardi. Tanpa sadar Lia tersenyum membaca sms itu “Ternyata kamu merhatiin aku ya di,” ucap Lia sambil tersenyum. Tapi pertanyaan itu terngiang lagi “Apa Ardi suka aku? Apa dia ngerti kalau aku suka dia? Apa kamu terlalu cuek ya sampek kamu nggak sadar kalau aku suka kamu.” Perhatian-perhatian Ardi secara diam-diam itu membuat Lia semakin bingung. “Entah sampai kapan aku harus memendam perasaan ini ke kamu” kata Lia dalam hati.
            Wisuda adalah hal yang menyenangkan dan juga menyedihkan bagi setiap anak saat ini termasuk Lia. “Sebetar lagi kita nggak bakal sekelas lagi di,”  kata Lia dalam hati. Ya itu karena Ardi masuk ke dalam sekolah yang berbeda dengan Lia dan juga Ardi harus masuk ke dalam asrama. Sedih memang, tapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang Lia. Lia yang sampai sekarang belum mengetahui kepastian dari perasaan Ardi yan sebenarnya. Kedua sahabat Lia, Icha dan juga Aliya sudah sering memancing Ardi untuk mengatakan siapa yg disukainya tapi itu selalu saja tak berhasil. Mungkin Lia sudah terlau capek dengan ini semua sampai dia berkata pada kedua sahabatnya itu “udah wes rek biarin pasrah aku.” Dan saat inilah perpisahan dimulai setelah empat tahun bersama tanpa ada kepastian dan keberanian.
            Saat SMA ini Lia dan Ardi masih saling berhubungan, “Ya walaupun hanya lewat jejaring social seenggaknya nggak loss kontak lah” kata Lia sambil tersenyum di depan layar laptop yang sedang chating dengan Ardi. Dalam hati Lia berkata “Aku nggak mau mulai karena aku takut kalau kita nggak bakal deket kayak gini lagi.”a

by: @vzaulia

* 0 komentar:

Posting Komentar